Powered By Blogger

Jumat, 26 November 2010

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS

A.     Hakikat Menulis
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menurut Rusyana (1988:191) dalam http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/) menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan 1986:21 dalam Abdurrahman, 2003:224). Kedua pendapat tersebut sama-sama mengacu kepada menulis sebagai proses melambangkan bunyi-bunyi ujaran berdasarkan aturan-aturan tertentu. Artinya, segala ide, pikiran, dan gagasan yang ada pada penulis disampaikan dengan cara menggunakan lambang-lambang bahasa yang terpola. Melalui lambang-lambang tersebutlah pembaca dapat memahami apa yang dikomunikasikan penulis.
Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Costa (1985:103) dalam (http://aldonsamosir.wordpress.com/menulis/) mengemukakan bahwa menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Dan, melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.

B.     Tujuan Pembelajaran Menulis dan Tujuan Menulis
1.      Tujuan Pembelajaran Menulis
Tujuan pengajaran setiap mata pelajaran dapat diklasifikasikan atas tiga aspek, yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Setiap mata pelajaran atau bagiannya tentu saja memiliki karakteristik yang berbeda. Titik berat tujuannya pun juga berbeda-beda. Mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya dapat menitikberatkan pada keterampilan tanpa mengabaikan segi kognitif dan afektifnya.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diharapkan: (1) siswa dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbukan penghargaan terhadap hasilkarya dan hasil intelektual bangsa sendiri, (2) guru dapat memusatkan perhatian pada pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan keragaman kegiatan berbahasa dan sumber belajar, (3) guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya, (4) orang tua dan masyarakat terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program di sekolah, (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah/sekolah.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia (termasuk di dalamnya pembelajaran menulis) di SD berdasarkan standar isi adalah agar peserta didik memiliki kemampuan :
  1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis
  2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
  3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
  4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan  intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
  5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
  6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.
Dalam standar kompetensi lulusan Sekolah Dasar mata pelajaran Bahasa Indonesia pada aspek menulis, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi melakukan berbagai jenis kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk karangan sederhana, petunjuk, surat, pengumuman, dialog, formulir, teks pidato, laporan, ringkasan, parafrase, serta berbagai karya sastra untuk anak berbentuk cerita, puisi, dan pantun.
2.      Tujuan Menulis
Seorang tergerak menulis karena memiliki tujuan-tujuan yang bisa dipertanggung-jawabkan di hadapan pembacanya, karena tulisan pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat atau gagasan agar dapat dipahami dan diterima orang lain. Tulisan dengan demikian menjadi salah satu sarana komunikasi yang cukup efektif dan efisien untuk menjangkau khalayak massa yang luas. Atas dasar pemikiran inilah maka tujuan menulis dapat dirunut dari tujuan-tujuan komunikasi yang cukup mendasar dalam konteks pengembangan peradaban dan kebudayaan masyarakat itu sendiri.
Adapun tujuan penulisan tersebut adalah sebagai berikut:
1)    Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data, dan peristiwa agar pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal.
2)    Membujuk; melalui tulisan seorang penulis mengharapkan pula pembaca dapat menentukan sikap, apakah menyetujui atau mendukung yang dikemukakannya. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, fungsi persuasi dari sebuah tulisan akan dapat berhasil apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dipahami.
3)    Mendidik adalah salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan, wawasan pengetahuan seseorang akan terus bertambah, kecerdasan terus diasah, yang pada akhirnya akan menentukan perilaku seseorang. Orang-orang yang berpendidikan misalnya, cenderung lebih terbuka dan penuh toleransi, lebih menghargai pendapat orang lain, dan tentu saja cenderung lebih rasional.
4)    Menghibur; bahwa fungsi dan tujuan menghibur dalam komunikasi bukan onopoli media massa, radio, televisi, melainkan tulisan dapat pula berperan dalam menghibur khalayak pembacanya. Tulisan-tulisan atau bacaan-bacaan “ringan” yang kaya dengan anekdot dan pengalaman lucu bisa pula menjadi bacaan penglipur lara atau untuk melepaskan ketegangan dan kepenatan setelah seharian sibuk beraktivitas.

C.     Proses Menulis
Aktivitas menulis mengikuti alur proses yang terdiri atas beberapa tahap. MCkay (1984) dalam Haryadi, dkk (1996:78) mengemukakan tujuh tahap yaitu (1) pemilihan dan pembatasan masalah, (2) pengumpulan bahan, (3) penyusunan bahan, (4) pembuatan kerangka karangan, (5) penulisan naskah awal, (6) revisi, dan (7) penulisan naskah akhir. Disamping itu, McCrimmon sebagaimana dikutip oleh Akhadiah (1989) dalam Haryadi, dkk (1996:78)mengemukakan tiga tahap dalam proses penulisan, yaitu (1) prapenulisan, (2) penulisan, dan (3) revisi.
Dari kedua pendapat tentang proses penulisan itu sebenarnya belum lengkap sebab tulisan tidak akan bermakna tanpa dipublikasikan kepada orang lain. Di samping itu, kedua pemikiran itu belum menjelaskan kapan pengarang menentukan judul karangan.
 Secara padat, proses penulisan terdiri atas lima tahap yaitu; (1) pramenulis, (2) menulis, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan.
1.      Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide/gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka dan mengumpulkan bahan-bahan.
Ide tulisan dapat bersumber dari pengalaman, observasi, bahan bacaan, dan imajinasi. Oleh karena itu, pada tahap pramenulis diperlukan stimulus untuk merangsang munculnya respon yang berupa idea tau gagasan. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar, majalah, dan lain-lain.
Penentuan tujuan menulis erat kaitannya dengan pemilihan bentuk karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan, meyakinkan, dan membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi. Karangan yang bertujuan melukiskan sesuatu dapat ditulis dalam bentuk karangan deskripsi. Di samping seorang penulis dapat memilih bentuk prosa, puisi, atau drama untuk mengkomunikasikan gagasannya.
2.      Menulis
Tahap menulis dimulai dari menjabarkan ide-ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk satu karangan yang utuh. Pada tahap ini diperlukan berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, dan pembentukan kalimat. Sedangkan teknik penulisan diterapkan dalam penyusunan paragraf sampai dengan penyusunan karangan secara utuh.
3.      Merevisi
Pada tahap merivisi dilakukan koreksi terhadap keseluruhan paragraf dalam tulisan. Koreksi harus dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi penataan ide pokok dan ide penjelas serta sistematika penalarannya. Sementara itu aspek kebahasaan meliputi pemilihan kata, struktur bahasa, ejaan dan tanda baca.
  1. Mengedit
Apabila karangan sudah dianggap sempurna, penulis tinggal melaksanakan tahap pengeditan. Dalam pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan gambar atau ilustrasi. Hal itu dimaksudkan agar tulisan itu menarik dan lebih mudah dipahami.
5.      Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian yang kedua disampaikan dalam bentuk noncetakan. Penyampaian noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan, dan sebagainya.
Seperti halnya perkembangan membaca, perkembangan anak dalam menulis juga terjadi perlahan-lahan. Dalam tahap ini perlu mendapat bimbingan dalam memahami dan menguasai cara mentransfer pikiran kedalam tulisan. Combs (1996) dalam Rofiudin, dkk (1998:76-77) mengemukakan bahwa perkembangan menulis mengikuti perinsip-prinsip berikut:
  1. prinsip keterulangan (recurring principle): anak menyadari bahwa dalam suatu kata bentuk yang sama terjadi berulang-ulang. Mereka memperagakanya dengan cara menggunakan suatu bentuk secara berulang-ulang.
  2. prinsip generatif (generative principle): anak menyadari bentuk-bentuk tulisan secara lebih rinci, menggunakan beberapa huruf dalam kombinasi dan pola yang beragam. Mereka mulai memperhatikan adanya keteraturan huruf dalam suatu kata.
  3. konsep tanda (sing concept): anak memahami kearbriteran tanda-tanda dalam bahasa tulis. Untuk mempermudah kegiatan komunikasi, orang  dewasa perlu menghubungkan benda tertentu dengan kata yang mewakilinya.
  4. fleksibilitas (flexibility): anak menyadari bahwa suatu tanda secara fleksibel dapat berupa menjadi tanda yang lain. Dengan menambahkan tanda-tanda tertentu, huruf I dapat berubah menjadi T, E, F dan sebagainya.
  5. arah tanda (directionality): anak menyadari bahwa tulisan bersifat linier, bergerak dari satu huruf ke huruf yang lain sampai membentuk suatu kata, dari kiri menuju kea rah kanan, bergerak dari baris yang satu menuju baris yang lain.
Temple dkk. (1988:99) dalam Rofiudin, dkk (1998:77-79) mengidentifikasi adanya 4 tahap perkembangan tulisan yang dialami anak, yaitu: prafonemik, fonemik tahap awal yang, nama huruf, transisi, dan menguasai.
Dalam tahap prafonemik anak sudah mengenali bentuk dan ukuran huruf, tetapi dia belum dapat menggabungkan huruf untuk menulis kata. Dia belum menguasai prinsip-prinsip fonetik, yakni huruf mewakili bunyi-bunyi yang membentuk kata. Bimbingan yang perlu diberikan pada anak yang berada dalam tahap prafonemik dapat berupa: bacakan dengan keras kata-kata yang dekat dengan dunia anak, berikan contoh penulisan huruf dan jelaskan bentuk serta ukuranya.
Dalam tahap fonemik awal anak sudah mulai mengenali prinsip-prinsip fonemik, tahu cara kerja tulisan, tetapi keterampilan mengeoprasikan prinsip-prinsip fonetik masih sangat terbatas. Akibat dari terbatasnya keterampilan ini anak seringkali menuliskan kata dengan satu atau dua huruf saja. Bimbingan yang dapat diberikan pada anak yang berada dalam tahap fonemik tahap awal adalah: ajaklah anak memasuki dunia tulis (misalnya dengan memperkenalkan barang-barang cetak yang diminati anak) kegiatan bimbingan difokuskan pada memantapkan konsep kata dalam diri anak, teknik yang ditempuh : membacakan buku yang sangat dekat dengan dunia anak, fokuskan pada kata-kata tertentu, berikan kesempatan pada anak untuk menuliskan apa saja yang dapat ditulis, yakinkan bahwa anak dapat menulis, hindarkan anak dari rasa takut membuat kesalahan dalam menulis.
Dalam tahap nama – huruf (menguasai huruf) anak mulai dapat menerapkan prinsif fonemik. Dia sudah dapat menggunakan huruf-huruf untuk mewakili bunyi-bunyi yang membentuk suatu kata. Tulisan yang dihasilkan seringkali dapat dibaca, termasuk oleh anak itu sendiri. Bimbingan yang dapat diberikan pada anak yang berada dalam tahap nama-huruf adalah: penulisan kata/kelompok kata serta cara mengucapkanya, menunjukan contoh penulisan kata yang tidak tepat dengan memanfaatkan kamus, mencatat yang sering dijumpai dalam kegiatan membaca.
Dalam tahap transisi, penguasaan anak terhadap sistem tata tulis semakin lengkap meskipun belum konsisten, dia sudah dapat menggunakan ejaan dan tanda baca dalam menulis, khususnya pemberian spasi antar kata. Bimbingan untuk anak yang berada dalam tahap transisi difokuskan pada penguasaan pola dan sistem tata tulis. Cara mengungkapkan kata, menulis, dan maknanya dalam konteks, menelaah kesalahan-kesalahan penulisan yang dilakukan oleh temanya. Dan tahap terakhir adalah anak sudah dapat menerapkan dengan baik semua sistem tatatulis.
D.    Rambu-rambu Pembelajaran Menulis
Berikut ini merupakan rambu-rambu yang perlu diperhatikan guru dalam melaksanakan pembelajaran menulis di sekolah (Rachmadwidodo’s Weblog).
1)          Belajar bahasa pada hakikatnya adalah berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran menulis diarahkan pada kemampuan berkomunikasi secara tertulis.
2)          Pelaksanaan pembelajaran menulis sebaiknya disajikan secara terpadu, terhadap aspek pembelajaran lain. Namun, dalam hal tertentu dapat difokuskan pada komponen tertentu. Menulis dapat sebagai fokus maupun sebagai tambahan.
3)          Pembelajaran menulis harus mengakomodasi semua aspek bahasa mulai terkecil hingga terbesar termasuk ejaan (tata tulis).
4)          Pembelajaran menulis diarahkan pada upaya mempertajam kepekaan perasaan siswa termasuk dalam konteks analitik yang mendalam sehingga diharapkan dua hal yaitu berpikir dan bernalar.
5)          Pembelajaran menulis harus diajarkan dengan prinsip mudah ke sukar, sederhana ke rumit, lingkungan sempit ke lingkungan yang luas.
6)          Perbandingan bobot pembelajaran menulis dengan aspek pembelajaran lainnya harus seimbang.
7)          Kegiatan pembelajaran menulis harus menekankan pada kemampuan berbahasa yang mengacu pada konteks atau tema.
8)          Kompetensi pembelajaran dalam kurikulum merupakan bahan yang  disarankan utnuk diajarkan, tetapi dapat dikembangkan sesuai dengan situasi.
9)          Waktu yang disediakan dalam setiap pembelajaran menulis harus dapat diatur sesuai dengan keluasan dan kedalaman materi dengan menggunakan pendekatan komunikatif. Adapun metode dapat dipilih sesuai karakteristik pembelajaran yang diinginkan. Kegiatan pembelajaran dapat disetting di dalam maupun di luar kelas.
10)      Sumber belajar menulis dapat berupa (a) buku pelajaran yang diwajibkan, buku pelajaran yang sesuai, buku pelengkap, ensiklopedi, kamus, (b) media cetak, surat kabar, majalah, (c) media elektronik: radio, TV, video, (d) lingkungan: alam, sosial, budaya, (e) narasumber, (f) pengalaman dan minat anak, serta (g) hasil karya anak.
11)      Pembelajaran menulis dilakukan secara kontinyu agar anak terampil.
12)      Penilaian pembelajaran menulis tetap mengacu pada rambu-rambu umum yang memperhatikan berbagai aspek sesuai jenis kegiatan menulis.

E.     Ruang Lingkup Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Agar tujuan menulis dapat tercapai dengan baik, maka diperlukan latihan yang memadai dan secara terus-menerus. Selain itu, anak pun harus dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman yang akan ditulisnya, karena pada hakikatnya menulis adalah menuangkan sesuatu yang telah ada dalam pikirannya. Namun demikian, hal yang tidak dapat diabaikan dalam pengajaran mengarang di Sekolah Dasar adalah siswa harus mempunyai modal pengetahuan yang cukup tentang ejaan, kosakata, dan pengetahuan tentang mengarang itu sendiri.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran menulis seperti yang diungkapkan di muka, pembelajaran menulis di Sekolah Dasar harus dimulai dari tahap yang paling sederhana lalu pada hal yang sederhana, ke yang biasa, hingga pada yang paling sukar. Tentu saja hal ini perlu melalui tahapan sesuai dengan tingkat pemikiran siswa. Oleh karena itu, di Sekolah Dasar pembelajaran menulis dibagi atas dua tahap, yaitu menulis permulaan dan menulis lanjut. Menulis permulaan ditujukan kepada siswa kelas rendah yakni kelas satu hingga kelas tiga, sedangkan kelas empat hingga kelas enam diberi pembelajaran menulis lanjutan. Untuk lebih jelasnya berikut ini diuraikan kedua kelompok tersebut secara ringkas berdasarkan beberapa referensi (Rachmadwidodo’s Weblog).
1.      Menulis Permulaan
Dalam pembelajaran menulis permulaan tentu harus dimulai pada hal sangat  sederhana. Menulis tentu hanya dengan bebrapa kalimat sederhana bukan suatu karangan yang utuh. Mengajarkan menulis permulaan tentu saja selalu dilakukan dengan pembelajaran terpimpin. Beberapa contoh pembelajaran menulis permulaan seperti berikut:
(a)    Mengarang mengikuti pola dengan cara siswa hanya diminta membuat karangan seperti contoh (pola) yang diberikan yang tentunya idenya harus lebih dekat dengan siswa. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menuangkan ide/pikiran secara runtut dan logis.
Contoh:  Jeruk.
Jeruk berbentuk bulat.
Isinya kuning.
Rasanya manis dan asam.
Jeruk banyak dijual di pasar.
Contoh di atas dapat ditiru polanya oleh anak dengan memberi topik lain misalnya, kelereng, kucing, pohon, dan sebagainya. Karangan di atas bisa diajarkan pada kelas satu dan dua, setelah siswa lancar dalam menulis kalimat sederhana.
(b)    Mengarang dengan melengkapi kalimat, yakni siswa diminta untuk melengkapi kalimat dalam karangan dengan kata yang telah tersedia.
(c)    Bimbingan dengan memasangkan kelompok kata, yakni siswa diminta untuk memasangkan kelompok kata dengan kalimat yang berpenggal atau kurang lengkap. Hal ini bertujuan agar siswa dapat membuat kalimat luas.
(d)    Bimbingan dengan mengurutkan kalimat, yaitu siswa dibimbing untuk mengurutkan kalimat sesuai dengan gambar seri.
(e)    Bimbingan dengan pertanyaan, hal ini diharapkan agar siswa dapat membuat karangan setelah dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam pikirannya. Karena sebuah karangan jika ditarik kesimpulan sebenarnya merupakan rangkaian jawaban atas berbagai pertanyaan. Dalam hal ini guru hanya menyiapkan beberapa pertanyaan, misalnya: Kucingku; apa nama kucingmu, apa warnanya, apakah kamu menyukainya, apa makanannya, kapan memberi makan, lucukah, mengapa lucu, bagaimana suaranya, mengapa kucing dipelihara orang, dan sebagainya.
Demikian beberapa contoh mengarang atau menulis permulaan, yang pada dasarnya merupakan upaya membentuk kebiasaan siswa mengarang secara sederhana sesuai dengan tingkat perkembangan kemampuannya.



2.      Menulis Lanjutan
Syarat untuk dapat menulis lanjutan adalah siswa harus terampil dan menguasai menulis permulaan. Oleh karena itu, pada prinsipnya menulis lanjutan adalah pengembangan menulis permulaan. Adapun tujuannya adalah agar siswa dapat membuat karangan secara ajek dan lengkap. Beberapa metode dalam menulis lanjutan antara lain :
(a)    Membuat paragraf dengan gambar, yakni siswa diminta untuk membuat paragraf berdasarkan gambar yang telah disediakan. Hal ini dapat diberi kata-kata kunci, sehingga tidak terlalu menyimpang dengan cerita.
(b)    Mengembangkan paragraf, yakni siswa dilatih untuk mengembangkan sebuah kalimat utama menjadi sebuah paragraf.
(c)    Menyusun paragraf dari kalimat yang tersedia.
(d)    Menghubungkan paragraf dengan paragraf lainnya.
(e)    Membuat karangan dengan gambar seri.
(f)      Mengarang berdasarkan kerangka, dan mengarang secara bebas.
Kesemua metode di atas bukanlah harga mati melainkan sangat fleksibel. Hal ini disebabkan karena pembelajaran menulis di SD cakupannya cukup luas. Adapun ruang lingkup pembelajaran menulis/mengarang di SD antara lain adalah : mengarang prosa narasi, menulis prosa deskripsi, menulis surat izin, menulis surat undangan, mengisi formulir, menyusun paragraf, mengembangkan judul dan topik, menulis nonfiksi, menyingkat cerita, menyusun naskah pengumuman, menyusun iklan dan poster, menulis laporan kegiatan, menyusun naskah pidato, dan lain-lain.

F.      Peran Guru Dalam Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Tulis

     Untuk menjadikan kegiatan belajar membaca  dan menulis menarik bagi anak, guru perlu mencari alternatif- alternatif kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif yang dapat digunakan guru dalam menarik perhatian anak adalah memanfaatkan permainan dalam kegiatan pembelajaran.

Permainan memiliki  peranan yang sangat penting dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak (Piaget, 1962; Vigotsky, 1978 dalam Rofiudin, dkk 1998:38). Melalui permainan tidak hanya jasmani anak yang berkembang, tetapi juga kognisi, emosi, sosial, fisik, dan bahasa (Stone, 1995 dalam Rofiudin, dkk 1998:38). Disamping itu , permainan dapat di integrasikan kedalam pengajaran, termasuk pengajaran bahasa indonesia.


G.    Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar
1.      Keterampilan Menulis
Pada dasarnya keterampilan menulis dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan banyak berlatih karena keterampilan menulis mencakup penggunaan sejumlah unsur yang kompleks secara serempak. Untuk mengetahui sampai di mana hasil menulis yang dicapai, perlu dilakukan tes menulis kepada siswa.
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain, dan merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.
Untuk dapat menulis secara efektif, penulis perlu melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
a)      seorang penulis harus mempunyai aturan dalam menulis serta jelas objek tulisannya,
b)     sebelum menulis harus terlebih dahulu menyusun kerangka karangan,
c)      merumuskan tujuan penulisan,
d)     tulisan selalu berfokus pada topik,
e)      untuk memperjelas ide-ide yang abstrak gunakan contoh,
f)       gunakan kata atau kalimat yang tepat dan jelas,
g)      hindari bias gender, serta penggunaan orang pertama yang berlebihan.
Langkah penulisan di atas perlu diperhatikan oleh seorang penulis agar hasil tulisannya lebih efektif karena dalam karangan ada lima unsur yang dimiliki karangan tersebut, yaitu:
1)     isi karangan : hal atau gagasan yang dikemukakan;
2)     bentuk karangan: susunan atau cara menyajikan isi ke dalam pola kalimat;
3)     tata bahasa: penggunaan tata bahasa dan pola kalimat yang tepat;



4)     gaya: pilihan struktur dan kosakata untuk memberika nada atau warna terhadap karangan;
5)     penggunaan ejaan dan tanda baca.

2.      Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar
Pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam melakukan pembelajaran menulis di Sekolah Dasar.
Ø      Berbagai Kegiatan Menulis
Keterampilan menulis dapat diklasifikasikan berdasarkan dua sudut pandang yang berbeda. Sudut pandang tersebut adalah kegiatan atau aktivitas dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil produk menulis itu. Klasifikasi keterampilan menulis berdasarkan sudut pandang kedua menghasilkan pembagian produk menulis atas empat kategori, yaitu: karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi.
Berdasarkan dua acuan tersebut di atas dapat disusun jenis-jenis kegiatan dalam pembelajaran keterampilan menulis tersebut dengan susunan dari yang mudah menuju kepada yang sukar adalah sebagai berikut.
  • Menyusun karangan bersama
  • Menyusun kembali karangan yang diacak
  • Menyelesaikan cerita tertulis
  • Meringkas (sinopsis) bacaan
  • Reka cerita gambar
  • Memerikan atau mendeskripsikan sesuatu
  • Mengembangkan judul
  • Menulis surat
  • Menyusun dialog
  • Menyusun laporan
  • Menyusun iklan, slogan, poster, dan spanduk
  • Meresensi buku
  • Menyusun karangan ilmiah
Uraian jenis-jenis kegiatan menulis di atas menunjukkan kepada guru bahasa Indonesia ada banyak pilihan dalam merencanakan pembelajaran keterampilan menulis, di bawah ini dijelaskan secara singkat jenis-jenis tulisan berdasarkan isi tulisan.
-          Menulis Deskripsi
Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata atas suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Seorang penulis deskripsi melalui tulisannya mengharapkan pembaca dapat melihat, mendengar, mencium bau, mencicipi dan merasakan hal yang sama dengan penulis. Deskripsi pada dasarnya merupakan hasil dari pengamatan melalui panca indera yang disampaikan dengan kata-kata.
Contoh:
Jauh di sana di tepi sungai,tampak seorang perempuan yang masih muda berjalan hilir mudik, kadang-kadang menengok ke laut, rupanya mencari atau menantikan apa-apa yang boleh timbul dari dalam laut yang amat tenang laksana aiar di dalam dulang pada ketika itu, atau darti pihak manapun. Pada air mukanya yang telah pucat dan dan tubuhnya yang sudah kurus itu, dapatlah diketahui, bahwa perempuan itu memikul suatu percintaan yang amat berat. Meskipun mukanya telah kurus, tetapi cahaya kecantikan perempuan itu tiada juga hilang. (dikutip dari “Bintang Minahasa” karya Hersevien M.Taulu ,2001:65 dalam (Rachmadwidodo’s Weblog))
-          Menulis Narasi
Narasi pada dasarnya adalah karangan atau tulisan yang berbentuk cerita.    Seperti kalau orang bercerita tentang “mengisi liburan sekolah”, “mendaftarkan diri ke sekolah”, “pengalaman berkemah di hutan”, “kecelakaan lalu lintas di jalan raya”, atau “pertandingan olahraga”. Cerita itu tentunya didasarkan pada urut-urutan suatu kejadian atau peristiwa. Di dalam peristiwa itu ada tokoh, mungkin tokoh itu adalah penulis sendiri, teman penulis, atau orang lain, dan tokoh itu mengalami masalah atau konflik. Bisa saja dalam cerita itu menghadirkan satu konflik atau serangkaian konflik yang dihadapi oleh tokoh dalam ceritamu itu. Jadi, dalam sebuah narasi terdapat tiga unsur pokok,  yaitu : peristiwa,  tokoh, dan  konflik.  Ketiga unsur itu  diramu menjadi satu dalam sebuah jalinan yang disebut alur atau plot. Dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur.  Sering juga narasi diartikan sebagai cerita yang didasarkan pada kronologi waktu.
Contoh:
Pertandingan antara Angelique Widjaja melawan Tamarine Tanasugarn berlangsung sangat mendebarkan. Pada set pertama, Tamarine unggul atas Angie dengan skor 6-2. Namun, Angie membalas kekalahannya di set pertama dengan merebut set kedua. Angie memenangi set kedua itu dengan skor tipis 7-5.  Memasuki set ketiga, Tamarine tampaknya mulai kehabisan tenaga. Sebaliknya Angie semakin percaya diri apalagi ia mendapat dukungan luarbiasa dari para penonton. Dengan mudah Angie memimpin perolehan angka. Ia sempat unggul dengan skor 5-0, sebelum akhirnya Angie menutup set penentuan itu dengan skor 6-2. Kemenangannya itu mengantarkan Angie ke semifinal turnamen tenis WTA Tour di Bali.
-          Menulis Eksposisi
Eksposisi/paparan merupakan tulisan hasil peninjauan terhadap suatu hal. Penyampaian gagasan dilakukan secara analitis kronologis waktu maupun ruang. Tulisan berjenis eksposisi biasanya merupakan bagian dari karangan ilmiah. Penulisan eksposisi dilakukan dengan cara menyusun kerangka karangan yang memuat kata-kata kunci yang didukung oleh penjelasan-penjelasan, contoh-contoh, ilustrasi, maupun bukti.
Contoh:
Kloning manusia menjadi isu pembicaraan semakin menarik para ulama akhir-akhir ini. Percobaan kloning pada binatang memang telah berhasil dilakukan, seperti kelahiran anak domba (Dolly) yang diujicoba dalam tahun 1996, tikus (1997), sapi (1998), babi (1999), kera (2000), kucing (2001). Awal April lalu dr. Severino Antinori, ginekolog dari Italia, mengumumkan keberhasilannya menumbuhkan janin dalam kloning manusia.
Kloning adalah upaya untuk menduplikasi genetik yang sama dari suatu organisme dengan menggantikan inti sel dari sel telur dengan inti sel organisme lain. Kloning pada manusia dilakukan dengan mempersiapkan sel telur yang sudah diambil intinya lalu disatukan dengan sel dewasa dari suatu organ tubuh. Hasilnya ditanam ke rahim seperti halnya embrio bayi tabung.
-          Menulis Argumentasi
Argumentasi dibentuk dari kata argumen yang berarti alasan. Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan untuk menyatakan kebenaran dengan didukung argumen atau alasan yang sesuai. Termasuk dalam bentuk ini adalah tulisan yang bertujuan mengajak, membujuk, dan mempengaruhi orang lain. Argumentasi sering pula dibedakan dengan persuasi yang lebih bertujuan membujuk atau mempengaruhi orang lain, sementara argumentasi diartikan sebagai tulisan yang isinya bersifat menyakinkan suatu hal kepada orang lain terhadap suatu hal.
Paragraf argumentasi dapat disusun dengan pola sebab-akibat. Artinya, paragraf tersebut diawali dengan kalimat utama yang merupakan sebab dan diikuti oleh beberapa akibat sebagai kalimat penjelasnya. Sebaliknya, paragraf argumentasi juga dapat disusun dengan pola akibat-sebab yang berarti paragraf tersebut diawali dengan akibat yang merupakan kalimat utama dan diikuti oleh beberapa sebab sebagai kalimat penjelasnya.
Contoh:
Hakim menjatuhkan vonis hukuman kepada terdakwa itu. Dari catatan
kepolisian yang ada ternyata ia telah berkali-kali melakukan kejahatan-kejahatan kecil sampai kejahatan besar hampir semua pernah ia lakukan. Ternyata, lingkungan pergaulan yang ia lalui merupakan faktor utama yang menyebabkannya harus mengalami penderitaan yang panjang.

Ø      Metode Pembelajaran menulis di Sekolah Dasar
Metode pembelajaran menulis hendaknya memperhatikan bahwa bahasa itu merupakan satu keutuhan sesuai dengan fungsinya. Oleh karena itu, pembelajaran menulis dapat dilakukan secara terpadu dengan kegiatan membaca, mendengarkan, dan berbicara. Misalnya, pada metode inkuiri, waktu diskusi berlangsung ada siswa yang bertugas mencatat semua keputusan diskusi. Pada diri pencatat terdapat keterpaduan antara kegiatan menyimak dan menulis. Kegiatan itu sebenarnya tidak hanya berlaku pada pencatat, tetapi juga berlaku pada semua peserta diskusi. Hasil catatan itu dirangkum menjadi laporan diskusi. Dengan demikian kegiatan diskusi yang disertai laporan tertulis akan melatih siswa terampil mendengarkan dan menulis. Melalui kegiatan itu siswa sekaligus mengenal perbedaan ragam bahasa lisan dan ragam bahasa tulis karena dalam penyusunan laporan tertulis bahasa yang digunakan berbeda dari apa yang didengar dalam diskusi yang menggunakan ragam bahasa lisan.

Ø      Media Pembelajaran di Sekolah Dasar
Media pembelajaran memegang peranan penting dalam usaha meningkatkan hasil belajar. Tampaknya masih sedikit guru yang mempergunakan media dalam mengajarkan menulis. Sebaiknya guru mempersiapkan berbagai macam media yang dapat dipergunakan untuk menggairahkan pembelajaran menulis.
Berbagai bentuk pemakaian bahasa dapat dijadikan media pembelajaran menulis. Misalnya, ketika akan belajar menulis surat pribadi, guru dapat membawakan beberapa contoh surat pribadi atau siswa disuruh membawanya. Guru dapat mendiskusikan dengan siswa dari segi isi, bentuk dan bahasanya.
Guru dapat juga menugaskan siswa membawa gambar-gambar yang disukai siswa kemudian guru menugaskan siswa untuk menceritakan isi gambar tersebut dan menulisnya di buku tentang gambar itu. Guru dapat pula menugaskan siswa saling menilai hasil tulisannya, dengan memberikan penjelasan segi mana yang akan dikoreksi siswa. Hal ini akan memberikan pengalaman siswa bagaimana cara menilai sehingga siswa akan juga dapat menilai hasil pekerjaannya sendiri.

Ø      Penilaian Pembelajaran
Keberhasilan belajar dan mengajar bergantung pada keyakinan kita tentang faktor-faktor pendukung terjadinya pembelajaran yang efektif dan efisien (Rachmadwidodo’s Weblog). Beberapa faktor mengajar yang perlu diperhatikan supaya proses belajar berlangsung baik antara lain:
1)        Kesempatan untuk belajar, kegiatan pembelajaran perlu menjamin pengalaman siswa untuk secara langsung mengamati dan mengalami proses, produk, keterampilan, dan sikap yang diharapkan.
2)        Pengetahuan awal siswa, kegiatan belajar perlu mengaitkan dengan pengetahuan awal siswa, keterampilan dan sikap yang dimiliki sambil memperluas dan menunjukkan keterbukaan pada cara pandang dan tindakan sehari-hari.
3)        Refleksi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar bermakna yang mampu mendorong tindakan (aksi) dan renungan (refleksi) pada siswa.
4)        Motivasi, kegiatan mengajar harus perlu menyediakan pengalaman belajar yang memberi motivasi dan kejelasan tujuan.
5)        Keragaman individu, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang memertimbangkan perbedaan individu.
6)        Kemandirian dan kerjasama, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk belajar secara mandiri maupun melalui kerja sama.
7)        Suasana yang mendukung, sekolah dan kelas perlu diatur lebih aman dan lebih kondusif untuk menciptakan situasi supaya siswa belajar lebih efektif.
8)        Belajar untuk kebersamaan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang mendorong siswa untuk memiliki simpati, empati, dan toleransi pada orang lain.
9)        Siswa sebagai pembangun gagasan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman belajar yang mengakomodasi pandangan bahwa pembangun gagasan adalah siswa sedangkan guru hanya sebagai penyedia kondisi supaya peristiwa belajar berlangsung.
10)    Rasa ingin tahu, krativitas, dan ketuhanan, kegiatan mengajar menyediakan pengalaman yang memupuk rasa ngin tahu, mendorong kraetivitas dan selalu mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
11)    Menyenangkan, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang menyenangkan siswa.
12)    Interaksi dan komunikasi, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang meyakinkan siswa terlibat secara aktif secara mental, fisik, dan sosial.
13)    Belajar dan cara belajar, kegiatan mengajar perlu menyediakan pengalaman belajar yang memuat keterampilan belajar sehingga siswa terampil belajar.
Penilaian berbasis kelas merupakan penilaian yang dilakukan secara terpadu dengan kegiatan belajar mengajar di kelas (berbasis kelas) melalui pengumpulan kerja siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja (performen) dan tes tertulis (paper and pen).

Format Penilaian Menulis
No
ASPEK
SKOR
BOBOT
1
Gagasan/Ide/Tema
1-40
40%
2
Bahasa (EYD, Pilihan Kata)
1-30
30%
3
Penyajian (Kemenarikan)
1-20
20%

Jumlah Skor
100
100%
Aspek penilaian di atas dapat disesuaikan dengan tingkat dan jenjang siswa atau sesuai dengan aspek apa yang diinginkan untuk dinilai terhadap anak.
  • Disarikan dari TOT Guru Pemandu KKG SD in service 2 di LPMP Jawa Tengah, materi disampaikan oleh Widyaiswara LPMP Drs.Slamet Trihartanto 




  • DAFTAR PUSTAKA


    Abdurrahman Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta



    Diakses dari: Wahya. 2000. Pengajaran Keterampilan Menulis pada Program Pengajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing di Universitas Padjadajaran. Bandung: Universitas Padjadajaran http://www.google.co.id/19/02/2010/15:25/

    Haryadi, dkk. 1996.  Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: Depdikbud Dirjend Pendidikan Tinggi Bagian Proyek Pengembangan PGSD

    Rofiudin Ahmad, dkk. 1998. Pendidikan Bahsa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi